Tergelitik, sekaligus tertampar baca jurnal si Mamak kece ini. (aku suka to the max postinganmu yang ini, Mak! π ) Sampe sekarang, saya dan Baginda Raja memang belum pernah secara serius membicarakan soal profesi anak-anak kami nanti. Concern kami kan lebih pada BERAPA DUIT yang musti disediakan DARI SEKARANG kalo nanti mereka kuliah di PT(N) A, B, C dan lain-lainnya itu. π Habisnya pas kemaren tahu berapa biaya yang dikeluarkan salah seorang tetangga untuk masukkin anaknya ke salah 1 PTN di Bandung ini, saya sumpah shock banget deh. Gilaaa, duit semua, ituuuu? Boleh nggak, sebagiannya pake daun? Daun telinga? Hiks, pegimane nanti, let say 10 tahun yang akan datang? In our case, biayanya dikalikan 3 aja, gitu! Huhuhu… Dan terus ngiri sama orang yang anaknya cuma 1.
Anyhow, secara sepintas pernah sih, ngenalin Andro (adik-adiknya masih jadi tim penggembira aja kalo udah ngomongin masa depan, hihi) ke profesi-profesi yang sudah terpampang nyata dan familiar aja dulu deh, di mata dia kayak polisi, dokter, guru, artis (???) dan tentu saja masih ditanggapi secara tentatif sama si boss kecil. Maksudnya, kalo liat iring-iringan mobil polisi dengan sirine meraung-raung minta jalan, -dan keliatan keren karena pasti bikin semua mobil di jalan minggir- kalo nggak mau diklaksonin sampe telinga pekak– ya doski pengen jadi polisi; kalo liat mobil keren dan bikin mata melotot saking takjubnya, ya doski pengen jadi pengusaha (haha, untuk yang ini salahkan emak bapaknya yang selalu bilang orang kaya=pengusaha. Ya mana mungkin tho, PNS punya vellfire/ferrari/hummer..? π )
Tapi pernah sih, secara mengejutkan dia bilang pengen kerja kayak Ayah dan Ibu. Hah? Kenapa? Biar bisa punya mobil dan rumah, katanya. Huahaha…! Hoalah, Bang. RumahΒ mungil dan mobilΒ sepuluh juta ummat ini kan kami cicil tiap bulan, Nak. Nggak serta merta turun dari langit. Dan kami ini sayang sekali loh padamu, sampe-sampe kami pengen pas kamu besar nanti, bisa lah beli rumah dan mobil TUNAI! Jangan ngutang macam kami iniiiii…! Atau mungkin, karena pekerjaan kami ngumpulin uang buat bayar gajiΒ PNS, polisi, membangun jembatan, sekolah, sarana jalan dan lain-lain itu terlihat sangat mulia dan keren (???) di mata si boss kecil? Haha, iya! Mungkin! Pekerjaan apa sih, yang lebih keren daripada menggaji polisi ya, Bang..? π
Dan pekerjaan kami sekarang ini, ehm.. gimana ya. Dibilang enak, ya enak lah. Minimal dengan gaji dan tunjangan yang kami terima saat ini, kami bisa dengan leluasa ngatur UTANG. Loh, kok utang? Lah, ya iya dong, kapanan nggak semua orang bisa dengan gampil dapet fasilitas kredit, yes? Sebagai PNS level prajurit, jangan mimpi lah, bisa beli rumah harga 100-200 juta tanpa utang, beli mobil baru tanpa kredit. Jadi mari bersyukur, bisa dengan gampil memanfaatkan semua fasilitas kredit yang ditawarkan secara marathon oleh para bank itu, betul? π
Tapi jujur nih ya, sebagai orang yang udah sepuluh tahun lebih bergelut di lingkungan pekerjaan ini, saya dan Baginda Raja mengharapkan A3 mendapatkan pekerjaan yang jauuuhhh lebih baik dari pekerjaan kami sekarang. Bukan, bukan karena kami kurang puas dengan pencapaian kami saat ini, (bilang nggak puas nanti takutnya jadi kufur nikmat, kan? π ) tapi lebih ke apa ya, ehm rasanya dunia ini terlalu luas untuk dilewatkan. Ada masih banyaakkk sekali tempat dan kesempatan yang terbentang di luar sana, menunggu untuk dieskplore, untuk ditaklukkan. Masih ada banyaaakk sekali rupiah, dan dollar (dan euro? dan real? π ) yang bisa diburu, hahaha..
Iya, memang nggak bijaksana ya, mengukur tingkat kesuksesan dan kebahagiaan seseorang dari berapa banyak duit/harta yang dia punya. Tapi menurut saya, kalo bisa sukses, bahagia dan punya duit banyak DENGAN CARA YANG HALAL : kenapa nggaaaaakk…? Hahaha… *teuteuppp* π
Soal duit yang berhubungan dengan pekerjaan ini, kadang jatuhnya emang jadi sensitif banget deh, ya. Terus terang, saya pernah loh, rada nyolot ke salah seorang sepupu Baginda Raja yang kerja di salah satu pabrik garmen di daerah Dayeuhkolot sana, karena waktu itu dengan entengnya dia bilang: ” Ooohh.. kalian kerja di Paj*k ya. Waktu itu ada, tuh. Orang dari Paj*k yang dateng ke kantor, minta duit…” Dan ngomongnya di acara keluarga yang lumayan banyak orang. Saya ini bukannya mau membabi buta membela institusi ya, tapi mbok yao lihat-lihat lah kalo mau komen sesuatu. Siapa yang diajak bicara, ada siapa aja disitu, pantes nggak ngomong begitu. Jujur, waktu itu saya langsung protes keras (ke Baginda Raja, lah. Masa’ ke ibu mertua? π )Β Maksud saya, orang Paj*k yang ‘kantor-nya’ dimana? Sekarang banyak lho, orang yang ngaku-ngaku dari kantor Paj*k! Beneran! Jadi, kalo emang ada oknum Paj*k yang minta-minta duit, tinggal catet namanya, catet identitas pegawainya, trus laporin deh. Se-sederhana itu? Iya, se-sederhana itu, kok. So, kalo nggak tahu duduk perkara yang sebenernya, jangan langsung komen, deh. Daripada bikin sakit hati orang, betul tidak..? *Aa Gym mode on* π
Omong-omong, di instansi manapun, pemerintah/swasta, yang namanya okum itu akan selalu ada. Katanya sih, karena ada permintaan, makanya ada penawaran. Trus, karena ada penawaran, makanya ada permintaan..? π Eh tapi kan bukan berarti, ketika di Kepolisian ada ketangkep oknum seperti Irjen Djoko Susilo, maka berarti semua anggota POLRI itu koruptor, ya? Juga ketika di gedung DPR yang terhormat ada ketangkep Muhamad Nazaruddin, kan nggak berarti juga semua anggota dewan itu kelakuannya sama? Pun ketika di salah 1 bank swasta nasional, ada Melinda Dee yang tindak tanduknya bikin shock para nasabah, tidak serta merta kita nggak percaya lagi sama institusi perbankan, kan? Lalu gimana dengan bidan yang memperjual-belikan bayi-bayi, guru yang mem-bully anak didiknya, dokter yang melecehkan perawat-nya… π¦ Nggak usah jauh-jauh, deh. Saya sering tuh, liat oknum pegawai yang minta bon kosong waktu mereka makan di rumah makan. Ada? Banyaaakkk..! Tapi kan mana boleh, menyamaratakan semua orang yang ada di 1 institusi, hanya karena melihat satu-dua oknumnya, tho? Mana bisa kita men-judge negatif satu profesi hanya karena salah satu, dua, tiga orangnya melakukan tindakan kriminil..? Jadi setuju banget sama Mamak Sondang: dalam setiap profesi yang halal, ada banyak orang yang baik, yang jujur, yang bekerja keras, yang nggak makan gaji buta, yang mau doing the extra mile.
Makanya saya pasang badan deh, kalo ada yang bilang semua pegawai De-Je-Pe itu kayak Gay*s. Iiih, sampeyan pasti belum ketemu saya. Rumah saya di ujung Bandung kalo nggak boleh dibilang kampung ngutangnya 10 tahun, mobil emang baru, tapi kredit 3 tahun dan megap-megap bayar cicilannya, pernah ditipu mentah-mentah sama pemborong gila yang ngerenov rumah, sampai pontang panting kepala jadi kaki, kaki jadi dengkul, nutup utang sana sini. *curcol abissss* Sampeyan juga pasti belum ketemu ya, sama puluhan ribu pegawai De-Je-Pe lain yang rumahnya masih ngontrak, motor-nya nyicil, pusing 7 keliling 8 putaran karena musti itung-itungan sampe njlimet waktu mau bayar uang pangkal sekolah anak-nya, stress setengah mati waktu mau bayar tagihan RS anak/istrinya yang cuma di cover sekian ribu perak sama Askes. Jadi, pikir-pikir dulu ya Pak/ Bu sebelum ngomong! π
Karena itu, mari belajar dari sekarang untuk berbaik sangka sama orang, APAPUN profesinya. Ketika melihat seorang polisi menilang pengendara bermotor misalnya, daripada bilang : “nah lhoooo.. kena berapa tuh?” mendingan juga bilang: “betul pak Polisi, tilang tuh kalo ada yang melanggar. Biar nambah kas negara kita…” Eh, atau kalo kalimat itu terlalu panjang untuk diucapkan, ya mending diem aja deh, biar aman. π Pokoknya ingat-ingat saja, ada sponge mini berjalan yang menyerap dengan sangat cepat, dan lalu meniru dan mengikuti, apapun yang kita ucapkan, apapun yang kita lakukan, bahkan (kadang-kadang) apapun yang kita pikirkan! *lirik sayang A3* π
Dan oh, jangan lupa rajin-rajin berdo’a, semogaaaaa para junior(s) kita nanti dilancarkan dan dimudahkan semua urusannya, menjadi orang yang menikmati pekerjaan-nya, dimuliakan jodoh dan keturunan-nya, sukses dunia akhirat-nya, bahagia lahir bathin-nya, banyak harta-nya (yang ini tentuuu pesan sponsor emaknya: nggak boleh ketinggalan dong, ah! ) dan… jadi ahli surga! Aamiinnn…..! *du’a of the year* π